Tiba-tiba saja waktu berputar
dengan cepat. Padahal hanya 2 hari saja aku tak masuk sekolah karena harus
mengikuti perlombaan di sebuah universitas di kotaku. Pada awalnya aku tak
yakin dengan apa yang aku rasa kan ketika itu; jantungku selalu berdetak 2 kali
lipat bila ada di dekatku. “hanya teman sekelas’ fikirku tak mungkin ada rasa
lain yang tumbuh. Seperti membohongi diri sendiri, munafik dengan rasa yang
sebenarnya di rasa, berusdaha mengibaskan perasaan yang sdeperti mengakar di
hati ku—dengan lembut—tak bisa bila aku harus mempunyai perasaan ini, karena di
tempat lain aku memiliki seseorang yang sudah lebih dahulu mengikat hatiku,
orang selama 1 tahun ini telah membantuku masa-masa sulit dalam hidup, telah
memberikan warna untuk hidupku, memberikan cerita kalaa hujan turun, ketika
panas menerjang, ketika awan mendung, ketika hati senang, sulit juga
memberikanku banyak pelajaran arti hiidup, membuatku lebih kuat bila sedang
menghadapi masalah karenanya.
Tak jarang kami berada di
kelompok yang sama, hal itu terpaksa membuat kami lebih banyak berinteraksi
dengan yang lainnya. Setelah aku meninggalkan keadaan di sekolah... “Reisya
belum tau yah?” “tau apaaa?” aku balik bertanya kepada mereka, “gak ahh gak
ahhhh..” hanya jawaban itu yang aku dapat, oke mungkin mereka belum mau
bercerita padaku, never mind. Lonceng
berbunyi, mereka bertiga—sahabat-sahabatku—menarik tanganku dan berbisik, “liat
deh liat, cocok yah?”. SHOCK!! SPECHLESS ternyata orang yang ada di potret itu
sama dengan seseorang yang tanpa ku sadari sedikit mengusikku. Kenapa rasanya
sakit yah? Padahal kan hanya teman sekelas, apakan aku menyukainya? Thats so
imposible... aku berusaha bersikap se-normal mungkin “oh iya iya cocok kok,
kenapa? Salah satu di antara kalian jadian sama dia?” aku sedikit berhati-hati
dengan pertanyaan ku, takut mereka mengira bahwa aku menyimpan rasa. “baru
kemaren di tembaknya” jawab temanku yang bernama Tika. “trus?”.... “tapi Aku
gak ngejawaaaab, gimana yah aku kan udah punya cowok, yah walaupun sekarang dia
agak berubahh, tapi aku sama keluarga dia udah deket banget” Diana menjelaskan
tentang posisinya saat itu.
“Rey, tadi dia ngajakin aku main,
hihihi” –message dari Diana.
Sepertinya Aku harus mengalah,
walaupun rasa itu tak sedalam rasaku kepada seseorang yang sudah mennempati
hatiku sebelumnya. Sebelum rasa ini terus mengakar lebih kuat lagi. Satu hal
yang aku pelajari saat ini, lebih baik mengalah dan melihat teman bahagia dari
pada aku bahagia dan melihat orang lain
menderita karenaku .
-Laila Rachmawati 061011@14:10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar